Serupa dengan telangiektasis, reticular vein dan varicose vein juga merupakan pelebaran vena yang letaknya superfisial pada kulit. Reticular vein memiliki diameter 1 – 3 mm, dan varicose vein > 3 mm. Pasien mungkin tidak memiliki gejala tambahan atau dapat merasa nyeri, kram, sensasi berdenyut, sensasi terbakar, kelelahan kaki, atau gatal. Penyebab pasti kondisi ini masih belum diketahui. Tetapi faktor risiko yang berperan diantaranya riwayat keluarga, kehamilan, trauma lokal, dan perubahan hormonal.

Kondisi ini cukup sering ditemukan. Berdasarkan sebuah studi epidemiologi di Jerman, ditemukan 59% dari populasi dewasa mengalami telangiectatia atau reticular vein pada kaki, yang lebih umum ditemukan pada wanita.

Pembuluh darah yang melebar dapat menjadi masalah estetik, kosmetik, medis, bahkan berpengaruh pada quality of life pasien dan membutuhkan solusi efektif. Sementara itu, variasi diameter dan perbedaan kedalaman pembuluh darah kulit merupakan tantangan utama untuk pengobatan yang efektif.

“Apa saja pilihan terapi pada kondisi ini?”

Pilihan perawatan untuk reticular vein meliputi skleroterapi, terapi laser, intense pulsed light treatment, mikroflebektomi, dan termokoagulasi. Perawatan yang paling umum adalah skleroterapi, karena merupakan teknik yang luas dan lebih terjangkau, namun tidak bebas dari komplikasi. Sedangkan terapi surgical masih menjadi pilihan terapi untuk varicose vein.

Sclerotherapy dan Terapi Surgical untuk Reticular dan Varicose Vein pada Ekstremitas Bawah

Skleroterapi telah digunakan secara luas untuk penanganan reticular vein dan varises. Skleroterapi adalah teknik atau sekelompok teknik untuk terapi spider veins dengan menyuntikkan obat yang menghancurkan endotel vena, yang menyebabkan oklusi dan fibrosis. Prosedur ini melibatkan agen sklerosan yang disuntikkan ke dalam vena. Agen sklerosan dengan dosis 0,1 mL – 0,5 mL dapat digunakan untuk setiap area telangiektasis, meskipun volume yang lebih besar diperlukan untuk vena yang lebih besar. Komplikasi berat yang mungkin terjadi setelah injeksi skleroterapi meliputi reaksi alergi, gangguan penglihatan sementara, trombosis mikro, nekrosis kulit, vena superfisial atau trombosis vena dalam.

Foam schlerotherapy mencampur agen sklerosan gas dan cair antara dua jarum suntik. Prosedur ini menghasilkan efek yang lebih efisien dengan meningkatkan dwell time dan contact area. Peningkatan efisiensi ini juga memungkinkan dosis sklerosan yang lebih rendah. Efek samping yang mungkin timbul seperti mikrotrombi dan gangguan visual sementara.

PDL telah terbukti memiliki efek yang sangat baik untuk lesi pada wajah, tetapi tidak cocok untuk telangiektasia pada ekstremitas bawah karena kemampuan penetrasinya yang terbatas. Pada kondisi ini, laser 1064 nm Nd:YAG menunjukkan keunggulannya. Studi menunjukkan bahwa telangiektasis pada ekstremitas bawah dapat berhasil diobati dengan baik dengan synchronized long-pulsed Nd:YAG atau skleroterapi. Studi lain menunjukkan bahwa hasil terbaik tampaknya dicapai ketika skleroterapi pertama kali digunakan diikuti dengan perawatan laser.

Perawatan lain yang digunakan adalah stoking kompresi (namun tidak terdapat bukti bahwa stoking kompresi dapat membawa manfaat bagi pasien dengan varises primer), mikroflebektomi, ligasi dan stripping

Before dan After terapi kombinasi sclerotherapy dan laser 1064 nm Nd:YAG pada reticular vein ekstremitas bawah

Before dan After terapi kombinasi sclerotherapy dan laser 1064 nm Nd:YAG pada telangiektasia dan reticular vein ekstremitas bawah

Leave a Reply